Kamis, 01 Maret 2018

Mesjid Raya Agung




MASJID RAYA AGUNG



Masjid Raya Bandung terletak di Jl. Asia Afrika, Balonggede, Regol, Kota Bandung , Provinsi Jawa Barat, yang dulu dikenal dengan nama Masjid Agung Bandung adalah masjid yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Masjid Raya Bandung berada di Alun-alun Bandung dekat ruas Jalan Asia-Afrika, pusat Kota Bandung. Di bulan suci Ramadhan, umat Muslim tentunya berbondong-bondong mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Salah satunya adalah dengan menjalankan ibadah wajib dan memperbanyak ibadah sunnah, seperti membaca Al Quran, shalat berjamaah, dan kegiatan bermanfaat lainnya. Oleh karenanya, sudah menjadi suatu tradisi pada bulan Ramadhan, masjid-masjid selalu dipenuhi oleh jamaah yang menjalankan ibadah. Begitupun di Kota Bandung. Salah satu masjid yang kerap dipenuhi oleh jamaah adalah Masjid Raya Bandung . Tempatnya selalu ramai dikunjungi oleh umat muslim setiap hari, baik yang mau melaksanakan ibadah sholat 5 waktu atau menghadiri berbagai acara kajian islam dan yang lainnya, baik warga bandung maupun wisatawan. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, banyak masyarakat yang memanfaatkan masjid ini sebagai ruang publik, terutama di lantai lapangannya yang baru saja diganti dengan rumput sintetis dan di menaranya untuk melihat panorama Kota Bandung. Kemegahan masjid ini menambah potret keindahan di langit Kota Bandung dan menjadi kebanggaan warganya. Model Bangunan mesjid agung bandung tampak sekarang ini memang sangat khas dan megah dari sisi arsitekturnya. setelah mengalami beberapa kali renovasi atau pemugaran baik dalam maupun luar mesjid, akhirnya anda akan melihat bahwa masjid raya bandung ini memang sangat luar biasa indahnya.
            Status masjid ini adalah sebagai masjid provinsi bagi Jawa Barat. Masjid ini pertama dibangun tahun 1810, dan sejak didirikannya, Masjid Agung telah mengalami delapan kali perombakan pada abad ke-19, kemudian lima kali pada abad 20 sampai akhirnya direnovasi lagi pada tahun 2001 sampai peresmian Masjid Raya Bandung 4 Juni 2003 yang diresmikan oleh Gubernur Jabar saat itu, H.R. Nuriana. Masjid baru ini, yang bercorak Arab, menggantikan Masjid Agung yang lama, yang bercorak khas Sunda                                                                                                               
Proyek renovasi dan pembenahan ini diharapkan akan memancarkan nuansa baru Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat terutama dibangunnya menara kembar yang menjulang tinggi. Masjid Raya Agung memiliki dua menara kembar di sisi kanan dan kiri masjid setinggi 81 meter yang semula direncanakan setinggi 99 meter. Hal ini mencerminkan nama-nama Allah SWT (Asmaul Hasna). Tetapi karena pertimbangan keamanan lalu lintas udara, maka tinggi menara kembar yang diizinkan hanya setinggi 81 meter. Namun menurut Ir. Garin Nugroho (site manager), ketinggian menara kembar ini tetap 99 meter jika dihitung dari pondasi setinggi 18 meter. Menara kembar tersebut selain berfungsi untuk kepentingan spiritual, juga akan dimanfaatkan untuk kepentingan komersial telekomunikasi, dan obyek wisata.Atap tradisional masjid diganti dengan bentuk kubah, sehingga kesan bangunan masjid akan lebih mudah dikenali.2014 Walikota Ridwan Kamil membuat Masjid Raya Bandung semakin indah dengan menghias alun-alun menggunakan rumput sintetis dan berbagai hiasan batu kotak untuk duduk di samping alun-alun. Kini luas tanah keseluruhan masjid adalah 23.448 m² dengan luas bangunan 8.575 m² dan dapat menampung sekitar 13.000 jamaah.
Masjid Raya Bandung Jawa Barat sebelumnya bernama Masjid Agung didirikan pertama kali pada tahun 1810. Masjid Agung Bandung dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang. Tercatat, di sekitar abad 19 mesjid raya ini telah mengalami beberapa kali perombakan, kemudian di abad 20 tercatat lima kali dilakukan renovasi. Dan terakhir pada abad ke 21, tapatnya di tahun 2001 kembali dilakukan renovasi ulang, hingga akhirnya pada tanggal 4 juni 2003, mesjid agung ini diresmikan menjadi Masjid Raya Bandung oleh gubernur jawa barat yang saat itu tengah menjabat, yaitu H.R Nuriana.
Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhlu. Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.
Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826 dilakukan perombakkan terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi tahun 1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika).  Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti dengan genteng sedangkan didingnya diganti dengan tembok batu-bata.
Renovasi mesjid di tahun 1850 ternyata bukan yang terakhir, perubahan-perubahan besar dan kecil terus dilakukan seperti di tahun 1900,1930, 1955,1967 dan 1973 selain untuk memperluas bangunan mesjid hingga memperbaiki model bangunan yang menyesuaikan ukuran bangunan supaya lebih indah dan cantik, seperti penambahan pondasi, pembuatan mihrab,pawestren, teras mesjid serta pembangunan menara mesjid.
Kemegahan Masjid Agung Bandung waktu itu sampai-sampai di-abadikan dalam lukisan pelukis Inggris bernama W Spreat pada tahun 1852. Model bangunan mesjid agung bandung pada waktu itu bentuknya seperti limas besar bersusun tiga yang tinggi menjulang, dan masyarakat pada waktu menyebutnya dengan Bale Nyuncung. Kemudian bangunan masjid kembali mengalami perubahan pada tahun 1875 dengan penambahan pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid. Pada tahun  1880 Kemakmuran Masjid Agung Bandung tampak lebih menonjol ketika itu karena dari masjid ini tidak hanya terdengar suara alunan adzan, shalat, tapi juga gemuruhnya suara orang-orang yang menuntut ilmu.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak umat seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban atau peringatan hari besar Islam lain bahkan digunakan sebagai tempat dilangsungkan akad nikah. Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya sejumlah perubahan pun dilakukan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di samping kiri dan kanan). untuk memfasilitasi kegiatan di masjid yang semakin banyak.
Kemudian pada tahun 1930 berdasarkan rancangan arsitek Maclaine Port, Masjid Agung dilengkapi dengan serambi (pendopo) depan dan sepasang menara pendek beratap tumpang di kiri dan di kanan  bangunan dengan puncak menara yang berbentuk persis seperti bentuk atap masjid sehingga semakin mempercatik tampilan masjid. Konon bentuk seperti ini merupakan bentuk terakhir Masjid Agung Bandung dengan kekhasan atap berbentuk nyungcung
Pada masa kemerdekaan, Masjid Agung Bandung yang dijuga sering disebut kaum Bandung dipandang sebagai masjid yang paling cocok untuk dikatakan sebagai masjid ibukota Provinsi Jawa Barat, karena letaknya berada di pusat Kota Bandung yang menjadi ibukota provinsi.
Menjelang konferensi Asia Afrika yamg dilaksanakan pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalamai perombakan besar-besaran pada tahun 1950 . Atas rancangan Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total di antaranya kubah dari sebelumnya berbentuk “nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang. Selain itu menara di kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Pada tahun 1955 masjid ini menjadi tempat shalat peserta KAA yang menginap di Hotel Homann
Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno hanya bertahan sekitar 15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada tahun 1970.
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement sebagai tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor DKM serta lantai atas difungsikan untuk mezanin yang berhubungan langsung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo. Sebuah menara tunggal didirikan di halaman depan masjid sebelah selatan.
Baru pada tahun 2001, di tangan 4 arsitek bandung yaitu Ir.H.Keulman, Ir.H.Arie Atmajaya, Ir.H Nu’man dan Prof.Dr.Slamet Wirasonjaya, kembali Masjid Agung Bandung dilakukan perombakan total, hal ini dilakukan sebagai bagian dari rencana penataan ulang kawasan alun-alun kota bandung, dimana mau menjadikan kawasan alun-alun menjadi satu bagian terintegrasi dengan Mesjid raya bandung. Rancangan awalnya akan tetap mempertahankan sebagian bangunan lama Masjid Agung Bandung termasuk jembatan hubung masjid dengan alun alun yang melintas di atas jalan alun alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan di sisi depan masjid. Satu satunya perubahan pada bangunan lama adalah perubahan bentuk atap masjid dari bentuk atap limas diganti dengan kubah besar setengah bola berdiameter 30 meter sekaligus menjadi kubah utama.
Untuk mengurangi beban, kubah tersebut dibangun dengan konstruksi space frame yang kemudian ditutup dengan material metal yang dipanaskan dalam suhu sangat tinggi. Selain satu kubah utama Masjid Raya Bandung dilengkapi lagi dengan dua kubah yang ukurannya lebih kecil masing masing berdiameter 25 meter diletakkan di atas bangunan tambahan. Sama seperti kubah utama dua kubah tambahan ini menggunakan konstruksi space frame namun ditutup dengan material transparan untuk memberi efek cahaya ke dalam masjid.
Bangunan tambahan didirikan di atas lahan yang sebelumnya merupakan ruas jalan alun alun barat di depan masjid. Bangunan tambahan ini dilengkapi dengan sepasang menara (rencananya setinggi 99 meter) namun kemudian dikurangi menjadi 81 meter saja, terkait dengan keselamatan penerbangan sebagaimana masukan dari pengelola Bandara Husein Sastranegara – Bandung. Saat ini, dua menara kembar yang mengapit bangunan utama masjid dapat dinaiki pengunjung. Di lantai paling atas, lantai 19, pengunjung dapat menikmati pemandangan 360 derajat kota Bandung
Sementara itu halaman depan masjid yang dirombak. Parkir kendaraan ditempatkan di basement sementara bagian atasnya adalah taman, sebuah area publik tempat masyarakat berkumpul. Ini adalah salah satu upaya pemkot mengembalikan nilai Alun-alun seperti dahulu kala. Ruang bawah tanah untuk tempat parkir itu juga semula direncanakan untuk menampung para pedagang jalanan (PKL)
Ruang Dalam Bagian Depan masjid ini digunakan sebagai aula untuk acara pengajian, pernikahan dan tentu saja untuk istirahat warga yang kebetulan singgah di situ. Ruang ini juga digunakan untuk sholat bagi mereka yang enggan untuk ke ruang sholat utama yang berada di ruang terpisah. Ruang Sholat Utama berada di ruang terpisah dari ruang dalam bagian depan. Di antara kedua ruang ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya terdapat ruang wudlu (selain ruang wudlu bagian luar). Ruang sholat utama ini memiliki ruang yang luas dan berlantai dua.
Interior bangunan tambahan ini dirancang dengan ornamen ukiran Islami dengan mengutamakan seni budaya Islami tatar sunda. Selain itu Masjid Raya Bandung dilengkapi dengan dua lantai basement yang dibagian atasnya tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka untuk publik. Bagian atap masjid diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar pada atap tengah dan kubah lebih kecil pada atap kiri-kanan masjid, dinding masjid terbuat dari batu alam kualitas tinggi.
Keseluruhan proses pembangunannya memakan waktu selama 829 hari (2 tahun 99 hari) sejak peletakan batu pertama hingga diresmikan tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana. Secara keseluruhan proses pembangunan dan penataan ulang kawasan alun alun dan masjid Agung Bandung dinyatakan selesai pada tanggal tanggal 13 Januari 2004. Bersamaan dengan pergantian nama dari Masjid Agung Bandung menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat serta menyandang predikat sebagai masjid provinsi, namun masyarakat Bandung kebanyakan masih menyebutnya sebagai Masjid Agung Bandung. Tahun 2014 halaman masjid Raya Bandung yang juga alun-alun Bandung ditata menjadi lebih modern dengan menggunakan rumput sintetis.

Perubahan Dari Masa ke Masa




Masjid Agung tahun 1880



Masjid Agung tahun 1920




Masjid Agung tahun 1955



Masjid Agung tahun 1970-2001



Masjid Agung tahun 2010



Masjid Agung tahun 2015


Interior 

Gapura


Bangunan Masjid Agung


Tugu


Halaman Masjid


Teras Masjid


Untuk Solat


 Ayo lihat disini https://www.youtube.com/watch?v=rM2QPQ5buLM&t=4s









REFERESI
Materi
foto




1 komentar:

  1. Titanium Rays - AT IASTIC PUTS - Titanium Shrubs
    Titanium Rays - AT IASTIC PUTS. This item is currently no titanium nipple jewelry longer available. View the current prices, sales history, silicone dab rig with titanium nail sales history Type: Stainless SteelItem Weight: 0.12 lbsDimensions: 5.6 x 3.8 inches; titanium comb 3.8 Item smith titanium Weight: 1.4 ounces titanium jewelry

    BalasHapus