MASJID RAYA AGUNG
Masjid Raya Bandung terletak di Jl. Asia
Afrika, Balonggede, Regol, Kota Bandung , Provinsi Jawa Barat, yang dulu dikenal dengan nama Masjid Agung
Bandung adalah masjid yang berada di Kota Bandung, Jawa
Barat, Indonesia. Masjid Raya Bandung berada di Alun-alun Bandung dekat
ruas Jalan Asia-Afrika, pusat Kota Bandung. Di
bulan suci Ramadhan, umat Muslim tentunya berbondong-bondong mendekatkan diri
dengan Sang Pencipta. Salah satunya adalah dengan menjalankan ibadah wajib dan
memperbanyak ibadah sunnah, seperti membaca Al Quran, shalat berjamaah,
dan kegiatan bermanfaat lainnya. Oleh karenanya, sudah menjadi suatu tradisi
pada bulan Ramadhan, masjid-masjid selalu dipenuhi oleh jamaah yang menjalankan
ibadah. Begitupun di Kota Bandung. Salah satu masjid yang kerap dipenuhi oleh
jamaah adalah Masjid Raya Bandung . Tempatnya selalu ramai dikunjungi oleh umat
muslim setiap hari, baik yang mau melaksanakan ibadah sholat 5 waktu atau
menghadiri berbagai acara kajian islam dan yang lainnya, baik warga bandung
maupun wisatawan. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, banyak
masyarakat yang memanfaatkan masjid ini sebagai ruang publik, terutama di
lantai lapangannya yang baru saja diganti dengan rumput sintetis dan di
menaranya untuk melihat panorama Kota Bandung. Kemegahan masjid ini menambah
potret keindahan di langit Kota Bandung dan menjadi kebanggaan warganya. Model
Bangunan mesjid agung bandung tampak sekarang ini memang sangat khas dan megah
dari sisi arsitekturnya. setelah mengalami beberapa kali renovasi atau
pemugaran baik dalam maupun luar mesjid, akhirnya anda akan melihat bahwa
masjid raya bandung ini memang sangat luar biasa indahnya.
Status masjid ini adalah sebagai
masjid provinsi bagi Jawa Barat. Masjid ini pertama dibangun tahun 1810, dan
sejak didirikannya, Masjid Agung telah mengalami delapan kali perombakan pada
abad ke-19, kemudian lima kali pada abad 20 sampai akhirnya direnovasi lagi
pada tahun 2001 sampai peresmian Masjid Raya Bandung 4 Juni 2003 yang
diresmikan oleh Gubernur Jabar saat itu, H.R. Nuriana. Masjid baru ini, yang
bercorak Arab, menggantikan Masjid Agung yang lama, yang bercorak
khas Sunda
Proyek renovasi dan pembenahan ini diharapkan
akan memancarkan nuansa baru Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat terutama
dibangunnya menara kembar yang menjulang tinggi. Masjid Raya Agung memiliki dua
menara kembar di sisi kanan dan kiri masjid setinggi 81 meter yang semula
direncanakan setinggi 99 meter. Hal ini mencerminkan nama-nama Allah SWT
(Asmaul Hasna). Tetapi karena pertimbangan keamanan lalu lintas udara, maka
tinggi menara kembar yang diizinkan hanya setinggi 81 meter. Namun menurut Ir.
Garin Nugroho (site manager), ketinggian menara kembar ini tetap 99 meter jika
dihitung dari pondasi setinggi 18 meter. Menara kembar tersebut selain
berfungsi untuk kepentingan spiritual, juga akan dimanfaatkan untuk kepentingan
komersial telekomunikasi, dan obyek wisata.Atap tradisional masjid diganti
dengan bentuk kubah, sehingga kesan bangunan masjid akan lebih mudah dikenali.2014
Walikota Ridwan Kamil membuat Masjid Raya Bandung semakin indah dengan menghias
alun-alun menggunakan rumput sintetis dan berbagai hiasan batu kotak untuk
duduk di samping alun-alun. Kini luas tanah keseluruhan masjid adalah 23.448 m²
dengan luas bangunan 8.575 m² dan dapat menampung sekitar 13.000 jamaah.
Masjid Raya Bandung Jawa Barat sebelumnya
bernama Masjid Agung didirikan pertama kali pada tahun 1810. Masjid Agung
Bandung dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari
Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang.
Tercatat, di sekitar abad 19 mesjid raya ini telah mengalami beberapa kali
perombakan, kemudian di abad 20 tercatat lima kali dilakukan renovasi. Dan
terakhir pada abad ke 21, tapatnya di tahun 2001 kembali dilakukan renovasi
ulang, hingga akhirnya pada tanggal 4 juni 2003, mesjid agung ini diresmikan
menjadi Masjid Raya Bandung oleh gubernur jawa barat yang saat itu tengah
menjabat, yaitu H.R Nuriana.
Masjid ini pada awalnya dibangun dengan
bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding
anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat
mengambil air wudhlu. Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk
memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.
Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826
dilakukan perombakkan terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik
bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi tahun
1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika).
Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas instruksi Bupati
R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti dengan genteng sedangkan didingnya
diganti dengan tembok batu-bata.
Renovasi mesjid di tahun 1850 ternyata bukan
yang terakhir, perubahan-perubahan besar dan kecil terus dilakukan seperti di
tahun 1900,1930, 1955,1967 dan 1973 selain untuk memperluas bangunan mesjid
hingga memperbaiki model bangunan yang menyesuaikan ukuran bangunan supaya
lebih indah dan cantik, seperti penambahan pondasi, pembuatan mihrab,pawestren,
teras mesjid serta pembangunan menara mesjid.
Kemegahan Masjid Agung Bandung waktu itu
sampai-sampai di-abadikan dalam lukisan pelukis Inggris bernama W Spreat pada
tahun 1852. Model bangunan mesjid agung bandung pada waktu itu bentuknya
seperti limas besar bersusun tiga yang tinggi
menjulang, dan masyarakat pada waktu menyebutnya dengan Bale Nyuncung. Kemudian
bangunan masjid kembali mengalami perubahan pada tahun 1875 dengan penambahan
pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid. Pada tahun 1880 Kemakmuran Masjid Agung Bandung tampak
lebih menonjol ketika itu karena dari masjid ini tidak hanya terdengar suara
alunan adzan, shalat, tapi juga gemuruhnya suara orang-orang yang menuntut
ilmu.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat
Bandung menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan
banyak umat seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban atau peringatan hari
besar Islam lain bahkan digunakan sebagai tempat dilangsungkan akad nikah.
Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya sejumlah perubahan pun dilakukan
seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di samping kiri dan kanan). untuk
memfasilitasi kegiatan di masjid yang semakin banyak.
Kemudian pada tahun 1930 berdasarkan
rancangan arsitek Maclaine Port, Masjid Agung dilengkapi dengan serambi
(pendopo) depan dan sepasang menara pendek beratap tumpang di kiri dan di
kanan bangunan dengan puncak menara yang
berbentuk persis seperti bentuk atap masjid sehingga semakin mempercatik
tampilan masjid. Konon bentuk seperti ini merupakan bentuk terakhir Masjid
Agung Bandung dengan kekhasan atap berbentuk nyungcung
Pada masa kemerdekaan, Masjid Agung Bandung
yang dijuga sering disebut kaum Bandung dipandang sebagai masjid yang paling
cocok untuk dikatakan sebagai masjid ibukota Provinsi Jawa Barat, karena
letaknya berada di pusat Kota Bandung yang menjadi ibukota provinsi.
Menjelang konferensi Asia Afrika yamg
dilaksanakan pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalamai perombakan
besar-besaran pada tahun 1950 . Atas rancangan Presiden RI pertama, Soekarno,
Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total di antaranya kubah dari
sebelumnya berbentuk “nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur
tengah seperti bawang. Selain itu menara di kiri dan kanan masjid serta
pawestren berikut teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah
ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Pada tahun 1955 masjid
ini menjadi tempat shalat peserta KAA yang menginap di Hotel Homann
Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno
hanya bertahan sekitar 15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup
angin kencang dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang
diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada tahun 1970.
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun
1973, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai
masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement sebagai
tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor DKM serta lantai atas
difungsikan untuk mezanin yang berhubungan langsung dengan serambi luar. Di
depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti
bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo. Sebuah menara tunggal didirikan
di halaman depan masjid sebelah selatan.
Baru pada tahun 2001, di tangan 4 arsitek
bandung yaitu Ir.H.Keulman, Ir.H.Arie Atmajaya, Ir.H Nu’man dan Prof.Dr.Slamet
Wirasonjaya, kembali Masjid Agung Bandung dilakukan perombakan total, hal ini
dilakukan sebagai bagian dari rencana penataan ulang kawasan alun-alun kota
bandung, dimana mau menjadikan kawasan alun-alun menjadi satu bagian
terintegrasi dengan Mesjid raya bandung. Rancangan awalnya akan tetap
mempertahankan sebagian bangunan lama Masjid Agung Bandung termasuk jembatan
hubung masjid dengan alun alun yang melintas di atas jalan alun alun barat dan
dinding berbentuk sisik ikan di sisi depan masjid. Satu satunya perubahan pada
bangunan lama adalah perubahan bentuk atap masjid dari bentuk atap limas
diganti dengan kubah besar setengah bola berdiameter 30 meter sekaligus menjadi
kubah utama.
Untuk mengurangi beban, kubah tersebut
dibangun dengan konstruksi space frame yang kemudian ditutup dengan material
metal yang dipanaskan dalam suhu sangat tinggi. Selain satu kubah utama Masjid
Raya Bandung dilengkapi lagi dengan dua kubah yang ukurannya lebih kecil masing
masing berdiameter 25 meter diletakkan di atas bangunan tambahan. Sama seperti
kubah utama dua kubah tambahan ini menggunakan konstruksi space frame namun
ditutup dengan material transparan untuk memberi efek cahaya ke dalam masjid.
Bangunan tambahan didirikan di atas lahan
yang sebelumnya merupakan ruas jalan alun alun barat di depan masjid. Bangunan
tambahan ini dilengkapi dengan sepasang menara (rencananya setinggi
99 meter) namun kemudian dikurangi menjadi 81 meter saja, terkait dengan
keselamatan penerbangan sebagaimana masukan dari pengelola Bandara Husein
Sastranegara – Bandung. Saat ini, dua menara kembar yang mengapit bangunan
utama masjid dapat dinaiki pengunjung. Di lantai paling atas, lantai 19,
pengunjung dapat menikmati pemandangan 360 derajat kota Bandung
Sementara itu halaman depan masjid yang
dirombak. Parkir kendaraan ditempatkan di basement sementara bagian atasnya
adalah taman, sebuah area publik tempat masyarakat berkumpul. Ini adalah salah
satu upaya pemkot mengembalikan nilai Alun-alun seperti dahulu kala. Ruang
bawah tanah untuk tempat parkir itu juga semula direncanakan untuk menampung
para pedagang jalanan (PKL)
Ruang Dalam Bagian Depan masjid ini digunakan
sebagai aula untuk acara pengajian, pernikahan dan tentu saja untuk istirahat
warga yang kebetulan singgah di situ. Ruang ini juga digunakan untuk sholat
bagi mereka yang enggan untuk ke ruang sholat utama yang berada di ruang
terpisah. Ruang Sholat Utama berada di ruang terpisah dari ruang dalam bagian
depan. Di antara kedua ruang ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya
terdapat ruang wudlu (selain ruang wudlu bagian luar). Ruang sholat utama ini
memiliki ruang yang luas dan berlantai dua.
Interior bangunan tambahan ini dirancang dengan
ornamen ukiran Islami dengan mengutamakan seni budaya Islami tatar sunda.
Selain itu Masjid Raya Bandung dilengkapi dengan dua lantai basement yang
dibagian atasnya tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka untuk publik. Bagian
atap masjid diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar pada atap tengah
dan kubah lebih kecil pada atap kiri-kanan masjid, dinding masjid terbuat dari
batu alam kualitas tinggi.
Perubahan Dari Masa ke Masa
Masjid Agung tahun 1880
Masjid Agung tahun 1920
Masjid
Agung tahun 1955
Masjid
Agung tahun 1970-2001
Masjid
Agung tahun 2010
Masjid Agung tahun 2015
Interior
Gapura
Bangunan Masjid Agung
Tugu
Halaman Masjid
Teras Masjid
Untuk Solat
Ayo lihat disini https://www.youtube.com/watch?v=rM2QPQ5buLM&t=4s
REFERESI
Materi
foto
Titanium Rays - AT IASTIC PUTS - Titanium Shrubs
BalasHapusTitanium Rays - AT IASTIC PUTS. This item is currently no titanium nipple jewelry longer available. View the current prices, sales history, silicone dab rig with titanium nail sales history Type: Stainless SteelItem Weight: 0.12 lbsDimensions: 5.6 x 3.8 inches; titanium comb 3.8 Item smith titanium Weight: 1.4 ounces titanium jewelry